Jakarta ( Berita ) : Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Antasari Azhar, menyatakan, penanganan hukum terhadap dirinya merupakan bentuk kegagalan penegakan keadilan di tanah air. “Harusnya saya dibebaskan dari segala tuntutan,” katanya saat membacakan pledoi (pembelaan) dirinya dalam sidang dugaan pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PRB), Nasrudin Zulkarnaen, di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Kamis [28/01].
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG-–Pengacara Nazriel Ilham alias Ariel mengaku tidak puas dengan hasil sidang. Alasannya, karena majelis hakim dianggap tidak mempertimbangkan keberatan-keberatan yang diajukannya. "Majelis hakim tidak mempertimbangkan keberatan kita dengan mengatakan, potong kompas bahwa dakwaan sudah jelas dan dakwaan tidak kabur," kata Aga Khan, Kuasa Hukum Ariel, usai sidang sela di Pengadilan Negeri Bandung, Senin (6/12).
Sepertinya di negara kita, Indonesia Raya yang tercinta ini sangat mudah mendengar kata yang sangat susah untuk didapatkan keberadaannya dalam realita kehidupan yakni “keadilan”, Indonesia Raya benar-benar sudah mulai dipenuhi dengan nyanyian tuntutan dari suara orang-orang yang menuntut keadilan atau mungkin pula itu terjadi sudah sejak lama namun karena semakin meningkatnya teknologi media komunikasi sehingga lebih mudah mengetahui kondisi yang ada di negri ini. Atau mungkin juga media komunikasi mengharapkan negeri ini menegakkan keadilan sebagaimana dalam UUD 1945 “Setiap warga Negara memiliki hak yang sama” itulah yang ideal menuntut kepada mereka yang memang ditugaskan dan dipercaya oleh rakyat serta dipilih oleh rakyat. Namun ada yang dilupakan, mengapa dari masing-masing diri kita tidak menuntut untuk memperlakukan orang lain dengan persamaan hak? Memang hal yang kecil tapi terkadang hal kecillah yang menjadi permasalahan yang besar.
Mungkin contoh kecilnya seperti ini, Masing-masing dari kita memiliki tempat tinggal yang mana memiliki saluran pembuangan air mandi dll, bila salah satu dari saluran ini tersumbat hanya karena sampah kecil yang menumpuk hingga berminggu-minggu, maka yang terjadi dapat menyebabkan genangan air dan bila hampir disetiap rumah di kompleks perumahan anda mengalami hal ini maka akan terjadi genangan air, tambah lagi bila musim penghujan mungkin akibatnya akan lebih parah dari genangan air. Mungkin seperti inilah hal-hal kecil bekerja untuk hal-hal besar, semua hal di dunia ini berjalan sesuai hakikat, roda putarannya masing-masing.
Semua bicara keadilan, semua menuntut keadilan, yang kaya, yang berpangkat apalagi mereka yang kurang beruntung, yang dituntut, yang menuntut dan yang akan memberi keadilan itu pun sama-sama memiliki keadilan dari pikiran mereka masig-masing, bahkan aku pun memiliki persepsi tentang keadilan. Lalu yang manakah yang dikatakan keadilan? Yang mana yang berlaku adil? Yang mana yang tidak adil? Dan mana yang berlaku tidak adil tetapi adil? Serta mana pula yang dikatakan berlaku adil tetapi tidak adil? Mungkin Socrates beserta murid dan kawan-kawannya dapat memberi kita gambaran tentang keadilan dalam percakapannya yang dikutip dari Buku Repuklik.
REPUBLIK
ORANG-ORANG DI DALAM PERCAKAPAN
Socrates yang menceritakan.
Glaucon.
Adeimantus.
Polemarchus.
Cephalus.
Thrasymachus.
Cleitophon.
Dan beberapa orang lain sebagai pengamat diam.
Baik, Cephalus, aku menjawab; tetapi tentang keadilan, apakah ia?--untuk mengatakan hal yang benar dan untuk membayar hutang-hutang--tidak lebih dari ini? dan bahkan untuk ini apakah tidak ada pengecualian? Anggaplah seorang teman ketika sadar telah menitipkan persenjataannya kepadaku dan ia memintanya ketika ia tidak sadar, haruskah aku mengembalikannya? Tidak akan ada yang berkata bahwa aku akan benar jika berbuat demikian, melebihi daripada mereka akan berkata bahwa aku harus selalu mengatakan hal yang benar kepada seseorang yang di dalam keadaannya itu.
Engkau cukup benar, ia menjawab.
Tetapi kemudian, aku berkata, membicarakan kebenaran dan membayar hutang-hutang adalah bukan pengertian yang tepat untuk keadilan.
Cukup benar, Socrates, jika Simonides bisa dipercaya, kata Polemarchus menyela.
Aku khawatir, kata Cephalus, bahwa aku harus pergi sekarang, karena aku harus melihat pengorbanan-pengorbanan, dan aku menyerahkan pendapat ini kepada Polemarchus dan teman-teman.
Bukankah Polemarchus adalah putera engkau? Kata aku.
Benar, ia menjawab, dan tertawa menuju korban-korban.
Katakan kepadaku, wahai engkau anak sang pendapat, apa yang diucapkan oleh Simonides, dan menurut engkau berkata benar, tentang keadilan?
Ia berkata bahwa pembayaran hutang adalah adil, dan perkataan itu tampak benar menurut aku.
Aku harus menyesal karena ragu kepada perkataan seorang yang bijaksana dan terilhami demikian, tetapi apa yang ia maksudkan, walaupun mungkin jelas untuk engkau, adalah kurang jernih untuk aku. Karena ia tentu tidak bermaksud, sebagaimana yang saat ini kita katakan, bahwa aku harus mengembalikan titipan persenjataan atau apapun kepada seseorang yang memintanya saat di dalam keadaan tidak sadar; padahal sebuah simpanan tidak bisa disangkal sebagai hutang.
ika demikian ketika seseorang meminta kepadaku sementara ia tidak di dalam keadaan sadar maka aku tidak perlu mengembalikan?
Tentu saja tidak perlu.
Ketika Simonides mengatakan bahwa pembayaran hutang adalah keadilan, ia tidak bermaksud men-termasukkan hal ini?
Tentu tidak; karena ia berpikir seorang teman harus selalu melakukan kebaikan kepada temannya dan tidak pernah melakukan kejahatan kepadanya.
Engkau memaksudkan bahwa pengembalian sebuah simpanan emas yang akan melukai sang penerima, jika kedua pihak adalah teman, adalah bukan pembayaran sebuah hutang,--apakah itu yang engkau membayangkan ia ucapkan?
Ya.
Dan apakah para musuh juga harus menerima apa yang kita berhutang kepada mereka?
Aku yakin, kata ia, mereka harus menerima apa yang kita berhutang kepada mereka, dan seorang musuh, sebagaimana yang aku pahami, berhutang kepada musuhnya hal yang pantas atau layak untuk ia--yaitu, kejahatan.
Simonides, kemudian, di dalam sikap para penyair, tampaknya berbicara secara gelap tentang sifat keadilan; karena ia bermaksud mengatakan bahwa keadilan adalah memberikan setiap orang apa yang pantas untuknya, dan ia menganggap ini sebagai sebuah hutang
Ia pasti bermaksud demikian, ia berkata.
Demi langit! Aku menjawab, dan jika kita mempertanyakan kepadanya apa yang layak dan pantas diberikan oleh perobatan; dan kepada siapa, jawaban apa menurut engkau yang akan ia katakan?
Ia tentu akan menjawab bahwa perobatan memberikan obat-obat dan daging dan minuman kepada tubuh manusia.
Dan hal layak dan pantas apa yang diberikan oleh seni-memasak, dan kepada apa?
Bumbu kepada makanan?
Dan apa yang keadilan berikan, dan kepada siapa?
Jika, Socrates, kita dituntun oleh perbandingan yang sedang berlangsung ini, maka keadilan adalah seni memberikan kebaikan kepada teman-teman dan kejahatan kepada para musuh.
Itu adalah maksudnya?
Aku pikir demikian.
Dan siapa yang paling mampu memberikan kebaikan kepada teman-temannya dan kejahatan kepada musuh-musuhnya di masa sakit?
Dokter.
Dan saat di dalam pelayaran, di tengah-tengah samudera yang ganas?
Nahkoda.
Dan di dalam tindakan bagaimana atau pandangan kepada hasil apa, seorang yang adil mampu melukai musuh dan berbuat baik kepada temannya?
Di dalam perang untuk yang satu, dan di dalam persekutuan untuk yang lainnya.
Tetapi ketika seseorang sedang sehat, Polemarchus, ia tidak memerlukan seorang dokter?
Tidak.
Dan ia yang tidak di dalam pelayaran tidak membutuhkan seorang nahkoda?
Tidak.
Maka di saat damai keadilan tidak berguna?
Aku sangat jauh dari berpikir demikian.
Menurut engkau keadilan diperlukan di saat damai sebagaimana di saat perang?
Ya.
Seperti pertanian untuk penambahan jagung?
Ya.
Atau seperti pembuatan sepatu untuk penambahan sepatu,--itukah yang engkau maksud?
Ya.
Dan penggunaan yang sama bagaimana, atau kekuatan penambahan apa, yang dimiliki oleh keadilan di saat damai?
Di dalam perjanjian-perjanjian, Socrates, keadilan digunakan.
Dan dengan perjanjian-perjanjian, engkau memaksudkan kerja-sama?
Tepat.
Tetapi apakah seorang yang adil ataukah pemain yang handal yang lebih berguna dan pasangan yang lebih baik di dalam permainan
Pemain yang handal.
Dan di dalam meletakkan batu-bata dan batuan apakah seorang yang adil lebih berguna atau pasangan yang lebih baik ataukah tukang-batu?
Jawaban yang terulang.
Kemudian di dalam kerja-sama apa seorang yang adil menjadi pasangan yang lebih baik daripada seorang pemain harpa di dalam permainan harpa, karena pemain harpa tentu adalah pasangan yang lebih baik dari seorang yang adil?
Di dalam kerja sama uang.
Ya, Polemarchus, tetapi tentu bukan di dalam penggunaan uang; karena engkau tidak ingin seorang yang adil menjadi penasihatmu ketika membeli atau menjual seekor kuda; seseorang yang mengerti tentang kuda tentu akan lebih baik untuk itu, tidakkah demikian?
Tentu saja.
Dan ketika engkau hendak membeli sebuah kapal, pembuat-kapal atau nahkoda bukankah akan lebih baik?
Benar.
Kemudian di dalam keperluan mengenai perak dan emas kapankah seorang yang adil diutamakan?
Ketika engkau ingin sebuah simpanan terjaga dengan aman.
Maksud engkau ketika uang tidak diperlukan, tetapi akan dibiarkan?
Tepat.
Jika demikian, keadilan diperlukan ketika uang tidak diperlukan?
Itulah kesimpulannya.
Dan ketika engkau ingin menyimpan sebuah perisai atau sebuah, dan tidak akan menggunakannya, engkau akan mengatakan bahwa keadilan menjadi berguna; tetapi ketika engkau ingin menggunakannya, maka seni seorang tentara atau pemain musik?
Tentu saja. Dan demikian juga di dalam segala hal;--keadilan berguna ketika mereka tidak berguna, dan tidak berguna ketika mereka berguna?
Itulah kesimpulannya.
Maka keadilan tidak baik untuk banyak-hal. Tetapi mari kita pertimbangkan hal ini lebih lanjut: tidakkah ia yang mampu memukul paling keras di dalam pertandingan tinju atau di dalam perkelahian menjadi yang terbaik di dalam menghindari pukulan?
Tentu saja.
Dan ia yang paling mahir mencegah atau meloloskan diri dari penyakit adalah yang paling mampu menciptakan penyakit?
Benar.
Dan penjaga perkemahan yang terbaik adalah yang paling mampu menyelinap di perkemahan musuh?
Tepat.
Maka ia yang seorang penjaga yang baik adalah juga seorang pencuri yang baik?
Itu, aku kira, adalah kesimpulannya.
Kemudian jika seorang yang adil adalah penjaga uang yang baik, ia juga baik untuk mencurinya.
Itu akibatnya di dalam pembicaraan
Maka semua orang yang adil haruslah menjadi pencuri. Ini adalah menurutku yang harus engkau pelajari dari Homer; karena ia, membicarakan tentang Autolycus, yang adalah kakek Odysseus dari garis ibu, yang ia paling-sukai, mengatakan bahwa
Ia melebihi semua laki-laki di dalam mencuri dan sumpah palsu.
Dan dengan demikian, engkau dan Homer dan Simonides setuju bahwa keadilan adalah seni para pencuri; yang dilakukan ‘demi kebaikan teman-teman dan melukai para musuh,’--itukah yang telah engkau katakan?
Tidak, tentu saja tidak demikian, walaupun aku tidak tahu sekarang apa yang telah aku katakan; tetapi aku tetap berpegang kepada kata-kata yamg terakhir.
Masing-masing dari kita bisa sepakat ataupun tidak sepakat dengan Socrates. Manusia memang diberkahi akal yang katanya adalah kunci dari kelebihan serta keistimewaannya dibanding makhluk cipataan-Nya yang lain. Tetapi ternyata justru akal inilah yang sering kali menguasai, mengendalikan manusia, mereka berpikir bebas, tak terbatas, bahkan tak terbayang oleh manusia yang lain. Namun bila kita tidak sepakat maka keadilan yang bagaimanakah yang kita harapkan? Walau demikian adanya, tetap manusia akan berpegang teguh pada keadilan-Nya dan ini bukan pilihan tetapi ini adalah keharusan, sepertinya tidak memaksa tapi sebenarnya membiarkan memilih. Bila benar ini adalah pilihan, maka dimana jawaban dari kebenaran pilihan itu? Bila engkau memberikan pertanyaan itu untuk ku maka aku akan menjawab jawabannya ada di hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar